Rabu, 29 Maret 2017

Review Jurnal Ke 4 (Perkembangan Akuntansi Internasional)

Riview Jurnal Akuntansi Komparatif Amerika dan Asia
Nama Jurnal
Jurnal EMBA
Volume/Halaman
Vol. 4 No. 1 Maret 2016, Hal. 676-687
Judul Jurnal
Analisis pengungkapan informasi aset keuangan berdasarkan PSAK 60 pada PT. Bank Central Asia Tbk
Nama Penulis
Monica Supriyadi dan Herman Karamoy
Tanggal Jurnal
Maret 2016
Download
ANALISIS%20PENGUNGKAPAN%20INFORMASI%20ASET%20KEUANGAN
%20%20BERDASARKAN%20PSAK%2060%20PADA%20PT.%20BANK%20
CENTRAL%20ASIA%20TBK
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pengungkapan informasi aset keuangan Bank BCA dengan PSAK No. 60
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukana pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data mnggunakan instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, aktivitas usaha, dan laporan keuangan yang terangkum dalam laporan tahuhnan PT. Bank Central Asia Tbk
Variabel Penelitian
Laporan posisi keuangan, Laporan laba rugi dan penghasilan komperhensif lain dan sifat dan cakupan resiko yang timbul dari instrument keuangan
Hasil Penelitian
Secara umum, PT. Bank Central Asia Tbk telah menerapkan PSAK No. 60 tentang pengungkapan instrumen keuangan. Dalam PSAK ini diatur bagaimana pengungkapan instrumen keuangan dalam laporan keuangan. PSAK 60 (2014) mensyaratkan pengungkapan mengenai instrumen keuangan yaitu aset dan liabilitas keuangan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengungkapan yang dilakukan BCA mengenai aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diungkapkan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Catatan Atas Laporan Keuangan menjelaskan bagaimana kategori aset dan liabilitas keuangan tersebut diukur dan bagaimana pendapatan dan beban, termasuk laba dan rugi atas nilai wajar (perubahan nilai wajar instrumen keuangan) diakui. PSAK 60 mensyaratkan setiap poin-poin yang harus diungkapkan mengenai instrumen keuangan dalam laporan keuangan. Bank BCA telah mengungkapkan setiap poin-poin dan terdapat beberapa poin yang belum diungkapkan secara jelas oleh perusahaan. Bank BCA tidak mengungkapkan instrumen keuangan majemuk dengan beberapa derivatif melekat, gagal bayar dan pelanggaran, dan akuntansi lindung nilai dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) perusahaan.

PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan mengenai gagal bayar dan pelanggaran, yaitu rincian gagal bayar selama periode, jumlah tercatat pinjaman diterima yang mengalami gagal bayar pada akhir periode pelaporan, dan perbaikan gagal bayar atau negoisasi ulang sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit. BCA mengungkapkan jumlah pinjaman yang diterima mengenai kredit likuiditas dari BI masih dalam proses penutupan perjanjian dan pinjaman dari bank-bank lain yang akan jatuh tempo tahun 2015 pada akhir periode 31 Desember 2014 dan 2013 dijaminkan dengan piutang pembiayaan konsumen. PSAK 60 mensyaratkan entitas mengungkapkan setiap jenis lindung nilai yang dideskripsikan dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (yaitu lindung nilai atas nilai wajar, lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai atas investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri). BCA tidak mengungkapkan secara jelas mengenai akuntansi lindung nilai. Jika instrumen derivatif sesuai dengan definisi lindung nilai sebaiknya perusahaan mengungkapan setiap uraian jenis lindung nilai tersebut. Diungkapkan bahwa entitas anak melakukan kontrak derivatif untuk mengelola resiko perubahan nilai tukar valuta asing. Dari pengungkapkan tersebut perusahaan berusaha untuk memimalkan resiko yang akan timbul, yang mengarah ke tujuan lindung nilai. Perusahaan diharapkan dapat mengklasifikasikan instrumen derivatif sebagai spekulatif atau lindung nilai agar pengguna laporan keuangan tidak salah interpretasi dalam memahami pengungkapan yang dilakukan perusahaan. PSAK 60 mensyaratkan entitas mengungkapkan keberadaan fitur penerbitan instrumen yang mengandung komponen liabilitas dan ekuitas dan instrumen tersebut memiliki beberapa derivatif melekat yang nilainya saling tergantung satu sama lain. Perusahaan tidak mengungkapkan adanya keberadaan fitur instrumen keuangan majemuk dengan beberapa derivatif melekat. Pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, tidak ada instrumen keuangan yang berpotensi menjadi saham biasa. Oleh karena itu, laba per saham dilusian sama dengan laba per saham dasar. Dari pengungkapan tersebut dapat diketahui bahwa tidak adanya instrumen keuangan yang mempunyai karakteristik liabilitas dan ekuitas.

Penelitian ini membahas mengenai penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60 tentang pengungkapan instrumen keuangan. Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya maka terdapat persamaan dalam pembahasan pengungkapan instrumen keuangan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Longgorung (2015) yang dalam hasil penelitiannya menganalisis kesuaian pengungkapan instrumen keuangan perusahaan dengan PSAK 60. Penelitian ini meneliti objek penelitan PT. Bank Central Asia Tbk. Dibandingkan dengan penelitian ini, hasil penelitian Pulumbara (2014) menjelaskan bahwa PT. Bank Central Asia Tbk telah mengacu pada PSAK 50 dan PSAK 55, standar akuntansi mengenai isntrumen keuangan. Terdapat persamaan bahwa objek yang diteliti telah mengacu dan menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengenai instrumen keuangan.


Kesimpulan


Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengungkapan atas instrumen keuangan PT. Bank Central Asia Tbk masih mengacu pada PSAK 60 Revisi 2010. Namun dari uraian pembahasan yang telah dipaparkan, aset keuangan dan liabilitas keuangan, pengungkapan lain serta sifat dan cakupan resiko yang timbul dari instrumen keuangan yang diungkapkan dan disajikan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Catatan Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK 60 revisi 2014. Meskipun dalam hal pengungkapan mengenai gagal bayar dan pelanggaran, dan akuntansi lindung nilai tidak diungkapkan akan keberadaannya maupun penjelasan yang memadai dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Bank BCA.
Tanggapan
Pada pengungkapan laporan posisi keuangan BCA tidak mengungkapkan adanya gagal bayar dan pelanggaran dari pinjaman yang diterima. Bank menyajikan rincian fasilitas pinjaman yang diterima, yaitu jumlah tercatat fasilitas jatuh tempo. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengungkapan informasi keuangan berdasarkan PSAK 60 dalam hal gagal bayar dan pelanggaran. Dan pada pengungkapan lain perusahaan tidak mengungkapkan adanya keberadaan instrument lindung nilai. BCA mengungkapkan pada CALK, rincian jumlah tercatat dan nilai wajar setiap kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan hal ini tidak sesuai dengan pengungkapan informasi keuangan berdasarkan PSAK 60 dalam hal akuntansi lindung nilai.

Review Jurnal Ke 3 (Akuntansi Komparatif Eropa)

Riview Jurnal Akuntansi Komparatif Eropa
Nama Jurnal
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume
Vol. 4 No. 2 Oktober 2015
Judul Jurnal
Analisis Komparatif Kualitas Informasi Akuntansi dan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan International Finance Reporting Standard.
Download
Nama Penulis
Reni Hariyani dan Martini
Tanggal Jurnal
Oktober 2015
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis serta membuktikan secara empiris apakah komparatif mengenai kualitas informasi akuntansi dan kinerja keungan sebelum dan sesudah penerapan IFRS.
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory), laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, serta data penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang telah menerapkan IFRS yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013 dengan jumlah sampel 7 perusahaan. Jenis penelitia ini adalah penelitian event study dengan menggunakan teknik analisis uji beda dengan uji Paired-Sample T Test.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah Curret Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Harga Saham dan Laba Akuntansi.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada pengujian paired samples correlations diperoleh hasil korelasi antara variabel current ratio yang menghasilkan anga 0,518 dengan probabilitas (sig) 0,233. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara tidak nyata, karena nilai probabilitas >0,05, debt to equity ratio yang menghasilkan angka 0,990 dengan nilai probabilitas (sig) 0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas <0,05, net profit margin yang menghasilkan angka 0,880 dengan nilai probabilitas (sig) 0,009. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas <0,05, Harga saham, yang menghasilkan angka 0,722 dengan nilai probalitas (sig) 0,067. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara tidak nyata, karena nilai probabilitas >0,05, Laba akuntansi yang menghasilkan angka 0,990 dengan nilai probabilitas (sig) 0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara sebelum dan sesudah penerapan IFRS berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas <0,05.

Hasil penelitian pada pengujian paired samples test diperoleh hasil T-hitung current ratio  dengan nilai probabilitas 0,338. Oleh karena probabilitas 0,338 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti current ratio sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah mean sebesar 1.3040 yaitu selisih rata-rata current ratio sebelum dan sesudah penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung debt to equity ratio adalah 0,355 dengan nilai probabilitas 0,735. Oleh karena probabilitas 0,7735 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti debt to equity ratio sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata. Dalam output juga disertakan berbedaan mean sebesar 0,0882 yaitu selisih rata-rata  debt to equity ratio sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung net profit margin adalah 1.218 dengan nilai probabilitas 0,269. Oleh karena probabilitas 0,269 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti net profit margin sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata. Dalam output juga disertakan berbedaan mean sebesar 1.320 yaitu sesilih rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung harga saham adalah 0,347 dengan nilai probabilitas 0,741. Oleh karena probabilitas 0,741 > 0,05, maka Ho diterima, yang berrati harga saham sebelum dan asedudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata. Dalam output juga disertakan berbedaan mean sebesar 287,1514 yaitu selisih rata-rata harga saham sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS. T-hitung laba akuntansi adalah -0,897 dengan nilai probabilitas 0,0404. Oleh karena probabilitas 0,404 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti laba akuntansi sebelum dan sesudah penerapan IFRS adalah sama atau tidak berbeda nyata. Dalam output juga disertakan berbedaan mea sebesar 1.3040 yaitu selisih rata-rata laba akuntansi sebelum penerapan IFRS dengan sesudah penerapan IFRS.


Kesimpulan


Kesimpulan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka penelitian yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan sebelum dan sesudah penerapan IFRS pada tujuh perusahaan yang telah menerapkan IFRS menghasilkan kesimpulan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa penerpan IFRS tahun 2012 tidak terdapat perbedaan pada kualitas informasi akuntansi yang diproksikan dengan harga saham dan laba akuntansi. Serta tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangan yang diproksikan dengan CR, DER, dan NPM pada periode sebelum dan sesudah IFRS.
Tanggapan
IFRS telah diterapkan di Indonesia pada tahun 2012 meskipun pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan mengenai kualitas informasi dan laba akuntansi dengan sebelum penerapan standarisasi tersebut. Tetapi menggunakan standarisasi atau aturan umum yang dapat dipakai di seluruh dunia akan lebih baik, ini berarti standar yang dipakai oleh negara Indonesia adalah standar yang dipakai oleh negara-negara maju sehingga dapat dikatakan kualitas informasi yang dihasilkan tidak jauh berbeda.

Review Jurnal Ke 2 (Perkembangan Akuntansi Internasional)

Riview Jurnal Perkembangan Akuntansi Internasional
Nama Jurnal
Jurnal “Tata Arta” UNS
Volume / Halaman
Vol. 2 No. 1 Halaman 39 - 51
Judul Jurnal
STUDI LITERATUR TENTANG PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011 (Studi Kasus pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Bank Central Asia Tbk)
Nama Penulis
Joko Sarwono, Sri Witurachmi, Sohidin
Tanggal Jurnal
Januari 2016
Download
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan mengenai; 1) Kendala yang dihadapai dalam proses adopsi IFRS di Indonesia. 2) Manfaat bisnis yang didapatkan oleh perusahaan public dalam menerapkan IFRS, 3) Dampak Positif apa yang diperoleh perusahaan setelah mengadopsi IFRS.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deksriptif kualitatif diana data diperoleh melalui data sekunder berupa archival report dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Pengambilansampeldengancarapurposive sampling serta studi kepustakaan dalam mengumpulkan data. Melalui triangulasi sumber data diharapkan data yang diperoleh lebih beragam dan lebih meyakinkan untuk mendapatkan kesimpulan sementara.
Variabel Penelitian
-






Hasil Penelitian
Dampak penerapan IFRS sangat beragam, tergantung   dari jenis perusahaan yang menerapkannya. Karena jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi juga mempengaruhi proses adopsi. Hal ini karena IFRS mengharuskan perusahaan melakukan peninjauan atas sistem dan prosedur akuntansinya. Beberapa standar menharuskan perusahaan melakukan atas penggunaan estimasi pada tanggal pelaporan untuk menguji apakah estimasi yang dilakukan masih valid untuk digunakan. SOP akuntansi harus memasukkan prosedur untuk melakukan review dalam mengadopsi peraturan yang ada di dalam standar tersebut (Martani, 2012).





Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi dalam penerapan IFRS di Indonesia adalah, (1) Kurang siapnya SDM. (2) Kelemahan Pada Proses transliterasi/ penerjemahan bahasa Inggris dalam standar IFRS kedalam Bahasa Indonesia (3) Biaya yang mahal.
Selain kendala yang dihadapi, terdapat juga dampak bisnis penerapan IFRS di Indonesia oleh perusahaan publik. Hal tersebut adalah, (1) Akses kependanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. (2) Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar, (3) Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-hargaf luktuatif, (4) Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach danfair value
Selain itu manfaat yang diperoleh bagi perusahaan public setelah mengadospi IFRS tentulah berbeda antar satu jenis industry dengan industri yang lain. Manfaat positifnya hamper seragam yakni membaiknya kondisi keuangan perusahaan.




Tanggapan
Perlunya suatu perusaahaan mengadopsi IFRS merupakan salah satu cara menyempurnakan standar akuntansi bagi pencatatan laporan keuangan karena dengan cara itu laporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia memenuhi prinsip akuntabilitas secara internasional dan mampu diperbandingkan dengan laporan perusahaan luar negeri. Dengan demikian dapat memberikan sumbangan positif terkait manfaat yang dapat diperoleh perusahaan-perusahaan asal Indonesia di mata dunia internasional dan investor.
Jurnal tersebut sudah bagus penjelasannya hanya saja dalam jurnalter sebut tidak memuat variable yang digunakan.