Selasa, 13 Oktober 2015

Analisis Artikel




Analis Asing Optimistis terhadap Rupiah


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah rupiah, sejumlah analis melihat, pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai melambat. Pasalnya, defisit neraca perdagangan Indonesia mulai menurun dan cadangan devisa Indonesia dinilai masih dalam kondisi sehat.

Sekadar mengingatkan, pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp 14.651 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua tahun terakhir. Sebagai perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang mencatatkan pelemahan sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

Menurut Mitul Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan. "Fundamental makroekonomi Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," jelasnya.

Dia mengatakan, Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat ini. Berdasarkan catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen pada tahun ini, lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.

Hal senada juga diungkapkan oleh Roy Teo, Senior Foreign Exchange Strategist ABN Amro Bank NV di Singapura. "Rupiah memang masih akan underperform dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah," paparnya.

Tambahan informasi saja, pada kuartal lalu pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan Asia setelah Malaysia yang mencapai 14 persen. (Barratut Taqiyyah)


Analisis:
·         Artikel diatas mengangkat topik mengenai “Perekonomian di Indonesia” yang bertemakan “Rupiah terhadap Dollar”. Artikel ini berjudul “Analis Asing Optimistis terhadap Rupiah”.
·         Artikel diatas terdapat 6 paragraf dan memiliki kuran lebih 150 kata.
·         Artikel di atas memakai pola:
o   Penalaran Induktif Hubungan Kausal SEBAB-AKIBAT
o   Penalaran Induktif Hubungan Kausal AKIBAT-AKIBAT
o   Penalaran Induktif ANALOGI
o   Penalaran Induktif GENERALISASI
o   Kalimat Langsung
o   Kalimat Tidak Langsung

·         Paragraph 1
Pada paragraf 1 ini terdapat pola Penalaran Induktif Hubungan Kausal (SEBAB-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Sebab           : Pada saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah rupiah
Akibat           : pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai melambat

·         Paragraf 2
Pada paragraf 2 ini terdapat pola Penalaran Induktif Hubungan Kausal (AKIBAT-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Akibat           : Pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp 14.651 per dollar AS
Akibat           : Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua tahun terakhir

Paragraf 2 ini juga menggunakan pola Penalaran Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu membandingkan 20 mata uang Negara berkembang yang sama-sama mengalami penurunan dan pada waktu yang sama. Berikut kutipan kalimatnya:
Sebagai perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang mencatatkan pelemahan sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

·         Paragraf 3
Pada paragraf 3 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG dan KALIMAT LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Tidak Langsung     : Menurut Mitul Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan
Kalimat Langsung    : "Fundamental makroekonomi Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," jelasnya.

·         Paragraf 4
Pada paragraph 4 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Tidak Langsung     : Dia mengatakan, Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat ini.

Paragraf 4 ini juga menggunakan pola Penalaran Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu antara mata uang Indonesia dan Malaysia sama-sama mengalami penurunan mata uang. Berikut kutipan kalimatnya:
Berdasarkan catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen pada tahun ini, lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.

·         Paragraf 5
Pada paragraf 5 ini menggunakan pola KALIMAT LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Langsung    : "Rupiah memang masih akan underperform dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah," paparnya.

·         Paragraf 6
Pada paragraf 6 ini terdapat pola Penalaran Induktif GENERALISASI karena diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh dari observasi berupa waktu kejadian dan persentase mata uang rupiah yang melemah. Dibuktikan sebagai berikut:
…, pada kuartal lalu pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan Asia setelah Malaysia yang mencapai 14 persen.

Jumat, 09 Oktober 2015

PENALARAN

    I.      Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penalaran adalah sebagai berikut:
1.    Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran: kepercayaan takhayul serta ~ yg tidak logis haruslah dikikis habis;
2.    Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dng nalar dan bukan dng perasaan atau pengalaman;
3.    Proses mental dl mengembangkan pikiran dr beberapa fakta atau prinsi

Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini merupakan ciri-ciri penalaran:
·         Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
·         Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·         Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
·         Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
·         Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.


   II.      Proposisi
Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data yang akan dinalar disebut Proposisi. Proposisi berbentuk kalimat berita netral. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak disebut proposisi.
Contoh proposisi :
1.    Ayam adalah burung
2.    Indonesia menjadi negara makmur
Proposisi dapat dibedakan berdasarkan
a.    Jenis
b.    Kriteria
Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran Euler.
1.    Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua P

Contoh:
Semua sehat adalah semua tidak sakit.

2.    Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P        
        

Contoh:
Semua sepeda beroda.

Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat subjek
Sebagian S adalah P

Contoh:
Sebagian binatang adalah kera

3.    Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi.
Tidak satu pun S adalah P

Contoh:
Tidak seorang pun manusia adalah binatang

4.    Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P

Contoh:
Sebagian kaca tidaklah bening


Jenis proposisi berdasarkan kriteria:
1.    Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi majemuk;
2.    Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan proposisi kondisional;
3.    Berdasarkan kualitas : proposisi posititif (afirmatif) dan proposisi negatif;

Berdasarkan kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi khusus (partikular).     

Bentuk-bentuk proposisi

Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas dan kuantitas didapat empat macam proposisi, yaitu
1)    Proposisi umum-positif – proposisi A
2)    Proposisi umum-negatif – proposisi E
3)    Proposisi khusus-positif – proposisi I
4)    Proposisi khusus-negatif – proposisi O

 III.      Metode dalam Penalaran
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
1.   Penalaran Induktif
            Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif
a.    Generalisasi : Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Contoh generalisasi :
1.    Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
      Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
2.    Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
      Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
      Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

b.    Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulna yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.

Contoh analogi:
·         Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
·         Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
·         Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

c.    Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam hubungan kausal :
1.    Sebab- akibat.
Contoh: Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2.    Akibat – Sebab.
Contoh:
o   Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
o   Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.

3.    Akibat – Akibat.
Contoh: Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

2.   Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.
Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara:
1.    Penarikan secara langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
2.    Penarikan tidak langsung
Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.   Silogisme Kategorial;
Silogisme Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai  berikut:
a.    Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
b.    Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
c.    Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d.    Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e.    Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f.      Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g.    Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h.    Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
o   My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K   : Badu lulusan SLTA
o   My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K   : Socrates tidak kekal
o   My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K   : Amir bukan mahasiswa
2.    Silogisme Hipotesis;
Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
o   My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K   : Jadi, Manusia  akan kehausan.
o   My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K   : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
o   PU : Apabila besok hujan, saya tidak akan datang.
PK : Hari ini hujan.
K : Hari ini hujan, saya tidak datang.
3.    Silogisme Alternatif
Silogisme akternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
o   My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K   : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
o   My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K   : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
o   PU : Budi bersekolah di SMA atau SMP.
PK : Budi bersekolah di SMA.
K : Budi tidak bersekolah di SMP.
4.    Entimen
Entimen adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
·         Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”
·         PU : Anak yang sholeh selalu rajin beribadah.
PK : Ari adalah anak yang sholeh.
K : Ari rajin beribadah.
Entimen : Ari rajin beribadah, karena ia anak sholeh.
 IV.      Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1.    Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2.    Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3.    Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1.    Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2.    Dukungan fakta empiric
3.    Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
  V.      Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1.    Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a.    Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b.    Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
2.    Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
3.    Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
·         Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
·         Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4.    Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a.    Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b.    Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c.    Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
d.    Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a.    Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
b.    Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
  • Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  • Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Referensi:
sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14524/slide+penalaran.ppt