Selasa, 13 Oktober 2015

Analisis Artikel




Analis Asing Optimistis terhadap Rupiah


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah rupiah, sejumlah analis melihat, pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai melambat. Pasalnya, defisit neraca perdagangan Indonesia mulai menurun dan cadangan devisa Indonesia dinilai masih dalam kondisi sehat.

Sekadar mengingatkan, pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp 14.651 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua tahun terakhir. Sebagai perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang mencatatkan pelemahan sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

Menurut Mitul Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan. "Fundamental makroekonomi Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," jelasnya.

Dia mengatakan, Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat ini. Berdasarkan catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen pada tahun ini, lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.

Hal senada juga diungkapkan oleh Roy Teo, Senior Foreign Exchange Strategist ABN Amro Bank NV di Singapura. "Rupiah memang masih akan underperform dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah," paparnya.

Tambahan informasi saja, pada kuartal lalu pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan Asia setelah Malaysia yang mencapai 14 persen. (Barratut Taqiyyah)


Analisis:
·         Artikel diatas mengangkat topik mengenai “Perekonomian di Indonesia” yang bertemakan “Rupiah terhadap Dollar”. Artikel ini berjudul “Analis Asing Optimistis terhadap Rupiah”.
·         Artikel diatas terdapat 6 paragraf dan memiliki kuran lebih 150 kata.
·         Artikel di atas memakai pola:
o   Penalaran Induktif Hubungan Kausal SEBAB-AKIBAT
o   Penalaran Induktif Hubungan Kausal AKIBAT-AKIBAT
o   Penalaran Induktif ANALOGI
o   Penalaran Induktif GENERALISASI
o   Kalimat Langsung
o   Kalimat Tidak Langsung

·         Paragraph 1
Pada paragraf 1 ini terdapat pola Penalaran Induktif Hubungan Kausal (SEBAB-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Sebab           : Pada saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah rupiah
Akibat           : pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai melambat

·         Paragraf 2
Pada paragraf 2 ini terdapat pola Penalaran Induktif Hubungan Kausal (AKIBAT-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Akibat           : Pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp 14.651 per dollar AS
Akibat           : Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua tahun terakhir

Paragraf 2 ini juga menggunakan pola Penalaran Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu membandingkan 20 mata uang Negara berkembang yang sama-sama mengalami penurunan dan pada waktu yang sama. Berikut kutipan kalimatnya:
Sebagai perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang mencatatkan pelemahan sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.

·         Paragraf 3
Pada paragraf 3 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG dan KALIMAT LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Tidak Langsung     : Menurut Mitul Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan
Kalimat Langsung    : "Fundamental makroekonomi Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," jelasnya.

·         Paragraf 4
Pada paragraph 4 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Tidak Langsung     : Dia mengatakan, Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat ini.

Paragraf 4 ini juga menggunakan pola Penalaran Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu antara mata uang Indonesia dan Malaysia sama-sama mengalami penurunan mata uang. Berikut kutipan kalimatnya:
Berdasarkan catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen pada tahun ini, lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.

·         Paragraf 5
Pada paragraf 5 ini menggunakan pola KALIMAT LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat Langsung    : "Rupiah memang masih akan underperform dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah," paparnya.

·         Paragraf 6
Pada paragraf 6 ini terdapat pola Penalaran Induktif GENERALISASI karena diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh dari observasi berupa waktu kejadian dan persentase mata uang rupiah yang melemah. Dibuktikan sebagai berikut:
…, pada kuartal lalu pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan Asia setelah Malaysia yang mencapai 14 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar