I.
Pengertian
Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang akan dinalar
itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Dalam penalaran, proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, penalaran adalah sebagai berikut:
1.
Cara (perihal) menggunakan nalar;
pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran: kepercayaan takhayul
serta ~ yg tidak logis haruslah dikikis habis;
2.
Hal mengembangkan atau
mengendalikan sesuatu dng nalar dan bukan dng perasaan atau pengalaman;
3.
Proses mental dl mengembangkan
pikiran dr beberapa fakta atau prinsi
Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini merupakan
ciri-ciri penalaran:
·
Adanya suatu pola berpikir yang
secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir
logis).
·
Sifat analitik dari proses
berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir
secara analitik.
Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
·
Logis, suatu penalaran harus
memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan
didasarkan pada data yang sahih.
·
Analitis, berarti bahwa kegiatan
penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai,
menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu
pola tertentu.
·
Rasional, artinya adalah apa
yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat
dipikirkan secara mendalam.
II.
Proposisi
Kalimat
pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data yang akan dinalar disebut Proposisi.
Proposisi berbentuk
kalimat berita netral. Kalimat tanya, kalimat
perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak disebut proposisi.
Contoh proposisi :
1. Ayam adalah burung
2. Indonesia menjadi negara
makmur
Proposisi dapat
dibedakan berdasarkan
a. Jenis
b. Kriteria
Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran
Euler.
1. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama
dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua P
Contoh:
Semua sehat adalah semua tidak sakit.
2. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi
bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
Contoh:
Semua sepeda beroda.
Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan
bagian dari peringkat subjek
Sebagian S adalah P
Contoh:
Sebagian binatang adalah kera
3. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada
diluar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak
terdapat relasi.
Tidak satu pun S adalah P
Contoh:
Tidak seorang pun manusia adalah binatang
4. Sebagian perangkat yang
tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P
Contoh:
Sebagian kaca tidaklah
bening
Jenis
proposisi berdasarkan kriteria:
1. Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi
majemuk;
2. Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan
proposisi kondisional;
3. Berdasarkan kualitas : proposisi posititif
(afirmatif) dan proposisi negatif;
Berdasarkan
kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi khusus (partikular).
Bentuk-bentuk
proposisi
Berdasarkan dua jenis
proposisi, yaitu berdasarkan kualitas dan kuantitas didapat empat macam
proposisi, yaitu
1)
Proposisi umum-positif – proposisi
A
2)
Proposisi umum-negatif – proposisi
E
3)
Proposisi khusus-positif –
proposisi I
4)
Proposisi khusus-negatif – proposisi
O
III.
Metode
dalam Penalaran
Secara
umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran
induktif dan deduktif.
1.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran
yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan
yang umum.
Bentuk-bentuk
Penalaran Induktif
a. Generalisasi : Proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala
khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi.
Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli,
peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala
atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan
atau perasaan tertentu.
Contoh
generalisasi :
1. Jika dipanaskan, besi
memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jika
dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
2. Jika ada udara, manusia
akan hidup.
Jika
ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan
hidup.
b.
Analogi
Analogi
adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai
sifat yang sama. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik
di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada
satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulna
yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang
dianalogikan.
Contoh
analogi:
·
Nina adalah lulusan Akademi
Amanah.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali
adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh
Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
·
Dalam riset medis, para peneliti
mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti
tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis
dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan
uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
·
Dr. Maria C. Diamond, seorang
profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh
pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak
yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah
hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan
pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak
diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil
kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
Dalam
contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan
manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.
c.
Hubungan
Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Macam hubungan
kausal :
1.
Sebab- akibat.
Contoh:
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2.
Akibat – Sebab.
Contoh:
o
Andika tidak lulus dalam ujian
kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
o
Saya tidak bisa berenang, karena
tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
3.
Akibat – Akibat.
Contoh:
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran
di rumah basah.
2.
Penalaran Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang
didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran
deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik
kesimpulan.
Penarikan
kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara:
1. Penarikan secara langsung
Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis.
2. Penarikan tidak langsung
Penarikan
tidak langsung ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.
Silogisme Kategorial;
Silogisme
Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis
umum : Premis Mayor (My)
Premis
khusus :Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam
simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai
berikut:
a. Silogisme harus terdiri
atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
b. Silogisme terdiri atas tiga
proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
c. Dua premis yang negatif
tidak dapat menghasilkan simpulan.
d. Bila salah satu premisnya
negatif, simpulan pasti negatif.
e. Dari premis yang positif,
akan dihasilkan simpulan yang positif.
f. Dari dua premis yang khusus
tidak dapat ditarik satu simpulan.
g. Bila premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
h. Dari premis mayor khusus
dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh
silogisme Kategorial:
o
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
o
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
o
My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa
2. Silogisme Hipotesis;
Silogisme
Hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis
minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila
minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh
:
o
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
o
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan
mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
o
PU
: Apabila besok hujan, saya tidak akan datang.
PK : Hari ini hujan.
K : Hari ini hujan, saya tidak datang.
PK : Hari ini hujan.
K : Hari ini hujan, saya tidak datang.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme
akternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain.
Contoh:
o
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
o
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
o
PU
: Budi bersekolah di SMA atau SMP.
PK : Budi bersekolah di SMA.
K : Budi tidak bersekolah di SMP.
PK : Budi bersekolah di SMA.
K : Budi tidak bersekolah di SMP.
4. Entimen
Entimen
adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang
dianggap telah dipahami. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan.
Contoh:
·
Berangkat
dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”
·
PU
: Anak yang sholeh selalu rajin beribadah.
PK : Ari adalah anak yang sholeh.
K : Ari rajin beribadah.
Entimen : Ari rajin beribadah, karena ia anak sholeh.
PK : Ari adalah anak yang sholeh.
K : Ari rajin beribadah.
Entimen : Ari rajin beribadah, karena ia anak sholeh.
IV.
Hubungan
Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya
tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas
dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada
lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya
dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da
telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau
sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir
keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama
sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode
berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang
benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empiric
3. Analisis kajia yang
mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap
permasalahan yang dikaji.
V. Salah Nalar, Pengertian dan
Macamnya
Salah
nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh
sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah
nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu
luas
Salah
nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi,
sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau
ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada
dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas
(Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman
sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
3. Kekeliruan kasualitas
(sebab akibat)
Kekeliruan
kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
Contoh:
·
Saya
tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat
berenang.
·
Saya
tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4. Kesalahan relevansi
Kesalahan
relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak
menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga)
macam:
a. Pengabaian persoalan
(ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan
(biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
d. Penyandaran terhadap
prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar
tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi
rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui
keahliannya oleh orang lain
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan
dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
Hasil
pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Referensi:
sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14524/slide+penalaran.ppt
http://www.kelasindonesia.com/2015/05/contoh-paragraf-silogisme-dan-entimen-beserta-definisinya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar