Analis
Asing Optimistis terhadap Rupiah
JAKARTA,
KOMPAS.com — Pada
saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah rupiah,
sejumlah analis melihat, pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai
melambat. Pasalnya, defisit neraca perdagangan Indonesia mulai menurun dan
cadangan devisa Indonesia dinilai masih dalam kondisi sehat.
Sekadar
mengingatkan, pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp
14.651 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua
tahun terakhir. Sebagai perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang
mencatatkan pelemahan sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.
Menurut Mitul
Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di
Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan.
"Fundamental makroekonomi Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang
seperti ini," jelasnya.
Dia mengatakan,
Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat
ini. Berdasarkan catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen
pada tahun ini, lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.
Hal senada juga
diungkapkan oleh Roy Teo, Senior Foreign Exchange Strategist ABN Amro Bank NV
di Singapura. "Rupiah memang masih akan underperform
dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa
waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank
Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah,"
paparnya.
Tambahan informasi
saja, pada kuartal lalu pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan
Asia setelah Malaysia yang mencapai 14 persen. (Barratut Taqiyyah)
Analisis:
·
Artikel
diatas mengangkat topik mengenai “Perekonomian di Indonesia” yang bertemakan
“Rupiah terhadap Dollar”. Artikel ini berjudul “Analis Asing Optimistis terhadap Rupiah”.
·
Artikel diatas terdapat 6 paragraf dan memiliki
kuran lebih 150 kata.
·
Artikel
di atas memakai pola:
o
Penalaran
Induktif Hubungan Kausal SEBAB-AKIBAT
o
Penalaran
Induktif Hubungan Kausal AKIBAT-AKIBAT
o
Penalaran
Induktif ANALOGI
o
Penalaran
Induktif GENERALISASI
o
Kalimat
Langsung
o
Kalimat
Tidak Langsung
·
Paragraph
1
Pada paragraf
1 ini terdapat pola Penalaran Induktif
Hubungan Kausal (SEBAB-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Sebab :
Pada saat tak ada pihak yang memprediksi akan kemungkinan pembalikan arah
rupiah
Akibat :
pelemahan terhadap mata uang garuda ini mulai melambat
·
Paragraf 2
Pada paragraf
2 ini terdapat pola Penalaran Induktif
Hubungan Kausal (AKIBAT-AKIBAT), berikut kutipan kalimatnya:
Akibat :
Pada kuartal tiga lalu, rupiah melemah hingga 9 persen menjadi Rp 14.651 per
dollar AS
Akibat :
Ini merupakan pelemahan kuartalan terbesar dalam dua tahun terakhir
Paragraf 2
ini juga menggunakan pola Penalaran
Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu membandingkan 20
mata uang Negara berkembang yang sama-sama mengalami penurunan dan pada waktu
yang sama. Berikut kutipan kalimatnya:
Sebagai
perbandingan, indeks 20 mata uang negara berkembang mencatatkan pelemahan
sebesar 8,3 persen pada periode yang sama.
·
Paragraf 3
Pada paragraf
3 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG dan KALIMAT LANGSUNG, berikut
kutipan kalimatnya:
Kalimat
Tidak Langsung : Menurut Mitul
Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di
Singapura, laju pelemahan rupiah akan menurun dalam beberapa bulan ke depan
Kalimat Langsung : "Fundamental makroekonomi Indonesia
tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," jelasnya.
·
Paragraf 4
Pada paragraph
4 ini terdapat pola KALIMAT TIDAK LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat
Tidak Langsung : Dia mengatakan,
Indonesia merasa cukup nyaman dengan jumlah cadangan devisa yang dimiliki saat
ini.
Paragraf 4
ini juga menggunakan pola Penalaran
Induktif ANALOGI karena pada paragraf ini ada penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, yaitu antara mata uang
Indonesia dan Malaysia sama-sama mengalami penurunan mata uang. Berikut kutipan
kalimatnya:
Berdasarkan
catatannya, cadangan devisa Indonesia terpangkas 5,8 persen pada tahun ini,
lebih rendah dari Malaysia yang melorot hingga 18 persen.
·
Paragraf 5
Pada paragraf
5 ini menggunakan pola KALIMAT LANGSUNG, berikut kutipan kalimatnya:
Kalimat
Langsung : "Rupiah memang masih
akan underperform
dibanding mata uang Asia lainnya, tetapi tidak sebesar yang kita lihat beberapa
waktu terakhir. Jika rupiah mengalami pelemahan cukup besar, kami pikir Bank
Indonesia akan menaikkan suku bunga mereka untuk mempertahankan rupiah,"
paparnya.
·
Paragraf 6
Pada paragraf
6 ini terdapat pola Penalaran Induktif
GENERALISASI karena diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh
dari observasi berupa waktu kejadian dan persentase mata uang rupiah yang
melemah. Dibuktikan sebagai berikut:
…, pada kuartal lalu
pelemahan rupiah merupakan yang terburuk di kawasan Asia setelah Malaysia yang
mencapai 14
persen.
·
Artikel
di atas bersumber dari: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/02/151500826/Analis.Asing.Optimistis.terhadap.Rupiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar