Urip kaya cakra manggilingan, itu ungkapan para
dihalang ketika mengupas filosofi hidup manusia. Artinya hidup ini ibarat roda
yang berputar, terkadang diatas terkadang dibawah. Filosofi hidup itulah yang
dimaknai secara mendalam oleh Agus Pramono, Bos Ayam bakar Kalasan ( Mas Mono )
yang kini mempunyai tujuh outlet dan tersebar di berbagai wilayah di jakarta
dan melayani jasa catering untuk beberapa stasiun TV swasta di Jakarta.
Sempat di tempa kerasnya hidup di ibukota selama
lebih dari satu dasawarsa, akhirnya Mas Mono, demikian akrab disapa oleh para
pelanggannya, bisa menjadi juragan ayam bakar. Yang dalam sehari bisa menjual
600 ekor ayam ini.
Dengan hanya berbekal ijazah SMA Mas Mono hijrah
dari madiun ke jakarta pada tahun 1994, dengan bekerja sebagai salah satu
karyawan restoran cepat saji sebagai cook atau juru masak.
Kemudian pada tahun 1997 ia keluar dari restoran
cepat saji tersebut, dan memulai usaha pertamanya yaitu Jasa Catering untuk
acara – acara tertentu. Kebetulan pada saat itu, Industry properti sangat
booming sehingga banyak sekali peluncuran sebuah kompleks perumahan baru (
Pameran) yang membutuhkan jasa catering. Namun perjalanan hidup, tak ubahnya
air yang pasang surut. akhir tahun 1997, krisis ekonomi melanda kawasan ASIA,
termasuk Indonesia yang berakibat pada minimnya event – event yang
diselenggarakan. Jasa Catering pun mulai lesu sehingga berdampak kepada
pendapatan usaha mas mono pada saat itu. Akhirnya, untuk mempertahankan hidup
di kerasnya ibu kota, beliau mulai menulis puisi dan vignette untuk dikirimkan
ke beberapa media massa, dengan harapan hasil karya tersebut dapat dimuat, dan
ia akan mendapatkan imbalan yang layak.. ” Supaya bisa dimuat, puisi maupun vinyet
itu saya antar sendiri ke kantor redaksi dari media massa tersebut” kata mas
mono mengenang masa-masa susah dalam hidupnya.
Disamping sebagai penulis, ia pun berusaha untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dengan mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan.
Tetapi nasib berkata lain, berapa banyak pun lamaran yang dikirimkan, panggilan
untuk wawancara tak kunjung datang, walhasil pada pertengahan tahun 1998
melalui rekomendasi seorang teman mas Mono akhirnya diterima di salah satu
perusahaan konsultan dengan menjadi office boy. Namun disamping melakukan
pekerjaan sehari – hari sebagai seorang Office Boy, disela sela waktu Ia juga
belajar bagaimana untuk mengoperasikan computer. Jiwa seorang pengusaha memang
telah tertanam di diri Bapak dua orang anak yang memiliki hobby modifikasi
motor ini, setelah mahir mempergunakan komputer ia pun mencoba mencari
penghasilan tambahan dengan menerima jasa pengetikan skripsi untuk rekan –
rekan mahasiswa.
Walaupun ia sudah berusaha keras untuk bekerja
layaknya seorang karyawan dan membuka jasa pengetikan, tuntutan untuk
mendapatkan kualitas hidup yang layak pun makin tinggi tiap tahunnya, sehingga
memaksa mas mono Ia mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dengan memulai
usaha sendiri.
Masalah lain pun timbul, modal yang minim membuat
ia berpikir keras bagaimana caranya membuka usaha dengan modal sedikit tetapi
dengan pengembalian yang cepat sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan yang
nantinya dipergunakan untuk kehidupan sehari hari. Sempat terlintas di benaknya
untuk membuka sebuah warung makan, namun dengan hanya modal yang tidak sampai
600 ribu, jelas tidak cukup untuk memiliki warung sederhana, akhirnya dengan
dana tersebut ia membeli sebuah gerobak yang dipergunakan untuk berjualan
pisang cokelat. Mulailah ia menjajakan pisang cokelat dari satu sekolah ke
sekolah dasar lainnya. “ Setiap SD jam istirahatnya berbeda, dan saya selalu
berpindah menyesuaikan jam istirahat dari sekolah yang akan dijadikan tempat
berjualan “ papar Mas mono.
Ditengah sulitnya bahtera hidup, Ia pun
memberanikan diri untuk menyunting Nunung untuk menjadi istri pasangan hidup.
Perjalanan hidup pasangan muda di tengah kerasnya kehidupan ibukota inipun
dimulai. Satu kamar kontrakkan dengan alas kardus – kardus bekas ( agar terasa
empuk ) pun menjadi tempat peristirahatan ia dan istri di malam
hari.
Profesi sebagai penjaja pisang cokelat pun ia
terus geluti, di samping itu untuk meringankan beban kerja suaminya, Nunung
sebagai istri pun mengambil pekerjaan menjadi subkontraktor kardus sepatu, yang
bertugas melipat – lipat kardus sepatu, “ saya sampai kasihan melihat istri
kecapekan melipat kardus – kardus tersebut “, ungkap Mas Mono.
Pada suatu waktu di awal tahun 2000, Mas Mono
melihat ada sebuah lahan kosong di depan Universitas Sahid yang tidak terpakai.
Mimpinya untuk memiliki warung ayam bakar kaki lima kembali menyeruak. didukung
istrinya yang jago memasak mono mulai beralih profesi menjadi penjual ayam
bakar. Pertama kali jualan Mas Mono membawa 5 ekor ayam yang ia jadikan 20
potong. “ Pada waktu itu yang laku hanya 12 potong, tetapi saya sudah sangat
bersyukur. memiliki lapak saja saya merasa bermimpi “, imbuhnya.
Kombinasi antara makanan yang enak dan kerja
keras, sedikit demi sedikit ayam bakar mas mono membuahkan hasil, hari demi hari,
minggu berganti minggu, takdir mulai berpihak kepada nya. Situasi ini terlihat
dari warung yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam sudah mampu menjual
80 ekor ayam per hari. Tuntutan untuk karyawan pun bertambah, yang semula hanya
satu orang menjadi 8 orang.
“Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya
menerapkan standar operasional rumah makan pada umumnya. Karyawan memakai
seragam, tidak memelihara kuku panjang, tidak berkumis dan tidak berjenggot,”
terang Mas Mono.
Lantaran adanya standar tersebut, Warung Mas Mono
menjadi terlihat berbeda dibanding warung kaki lima lainnya, sehingga warung
tersebut mengalami pertumbuhan pesat diikuti dengan keuntungan yang berlipat.
Meski kondisi ekonomi semakin membaik, sang istri tidak tinggal diam. Sang
istri berjualan nasi uduk di dekat sebuah kantor di jalan MT Haryono. warung
nasi uduk yang buka antara pukul 06.00 – 10.00 pada saat itu sudah meraup omset
800 ribu perhari.
Agaknya jalan terang terus terlihat. salah satu
pelanggan tetapnya yang berprofesi sebagai presenter acara “dunia lain” Trans
TV, menyarankan agar Mas Mono menawarkan jasa catering ke stasiun televisi
tersebut, ternyata tanpa melalui peroses berliku-liku Mas Mono mendapat proyek
itu. Tak lama berselang, stasiun TV lain pun turut memesan catering di Mas
Mono.
Melihat kondisi ini, Ia mulai berpikir untuk
mengembangkan usahanya, bermodal dari rekomendasi dari seorang pelanggan, Mas
Mono mulai mengembangkan warungnya di tebet Raya No.57, meski tempatnya tidak
terlalu luas, dan hanya bermodalkan 2 bangku kecil, pelayanannya membludak
sehingga mereka rela makan sambil berdiri dan mengantri untuk membeli Ayam
Bakar. Setelah sukses di tebet Mas Mono mengusung nama ayam bakar kalasan mas
mono untuk jualannya. sebelumnya, ia tidak memakai merek untuk warungnya.
Untuk menampung pelanggannya mono kembali membuka
warung di jalan Tebet Timur Dalam. lagi-lagi warung ini juga dipenuhi oleh
pelanggan. Bukan hanya pelanggan lama, tetapi juga pelanggan baru, tetapi juga
pelanggan baru sehingga warung ini yang semula diniatkan menampung pelanggan
lama, malah bisa memperluas pasar lagi. Kini keseluruhan warung Mas Mono
mencapai tujuh. selain yang disebut di atas Mono juga memiliki warung di jalan
Panggadegan Selatan Raya, Jalan pulo Nangka Barat II, jalan Inspeksi Saluran E
26 Kalimalang dan kampus ASMI pulo mas.
Namun Mono sendiri mengaku sampai saat ini belum
memiliki rumah dan mobil pribadi. Tiga mobil yang ia miliki adalah mobil
operasional. sedang rumahnya masih kontrak. Namun sejatinya, dari omset satu
bulan saja mono mampu membeli rumah ataupun mobil pribadi sekaligus.”Duitnya
mengembangkan usaha Mas,” katanya seraya mengatakan dalam pengembangan usaha ia
tidak pernah berhubungan dengan lembaga keuangan.
Sukses di mata mono tidak harus memiliki rumah
mentereng atau mobil keren, melainkan apa yang menjadi kebutuhannya terpenuhi.
“Mungkin orang lain memiliki pengertian lain tentang sukses adalah ketika
seseorang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya,” ujarnya kalem.
Kunci sukses, kata Mono, adalah penerapan dari
kata-kata mutiara yang sering diucapkan oleh banyak orang “Dimana ada kemauan
di situ ada jalan. mungkin kata-kata itu sangat sederhana dan mungkin setiap
orang sudah tahu tentang itu. tetapi kalau benar-benar di terapkan bisa
menuntun hidup seseorang kearah yang lebih baik. saya merasakan sendiri
kebenaran kata-kata itu,” Tegas Mas Mono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar